Minggu, 04 Mei 2014

Jenis-jenis Bahan Berbahaya pada Makanan




Berdasarkan data dari Sekretaris Dirjen Pemberantasan Penyakit Menula1r dan Penyehatan Lingkungan Depkes dan Kesos, dr. I Nyoman Kandun MPH di harian Kompas mengungkapkan bahwa selama kurun waktu dari tahun 1989 sampai tahun 2000 terdapat 400 laporan kejadian penyakit akibat makanan dengan 25.908 korban yang termasuk di dalamnya adalah kasus keracunan bongkrek pada tahun 1990, biskuit beracun pada tahun 1995, mie instan pada tahun 1996, kasus keracunan pemberian makanan tambahan pada anak sekolah di Lampung, dan keracunan makanan di Bali pada tahun 1997. Selain daripada itu, faktor-faktor yang menyebabkan kasus keracunan makanan kerap terjadi dari jasa boga 33,8 %, keluarga 29,2 %, jajanan 18,5 %, industri 4,6 %, dan yang lainnya 13,9 %. Faktor-faktor penyebab tersebut rupanya dikarenakan kondisi lingkungan yang masih rendah tingkat kebersihannya.

Pada akhir tahun 2010 lalu, Badan Pengawasan Obat dan Makanan melakukan penyelidikan bahwa dari 2.984 sampel jajanan anak sekolah, 45 % di antaranya mengandung zat berbahaya yang tidak baik untuk dikonsumsi. Zat berbahaya tersebut diantaranya adalah rhodamin, methanil yellow, benzoat, siklamat, dan lainnya yang tentu saja jika dikonsumsi secara terus-menerus dapat merusak kesehatan bagi yang mengkonsumsi. Tak heran masih banyak jajanan terutama di pinggir jalan yang

menjajakan dagangannya yang memukau mata si pembeli dengan warna yang mencolok, mengkilat, dan awet untuk disimpan. Ciri-ciri dari makanan tersebut itulah yang
sebagian besar justru mengandung zat berbahaya.

Bahaya Jajanan Sembarangan
Jenis-jenis Bahan Berbahaya pada Makanan

Berikut ini merupakan zat-zat berbahaya yang dipakai oleh mayoritas para pedagang jajanan yang dibagi dalam beberapa kategori berdasarkan fungsinya :
Pemanis Buatan
Bahan ini banyak ditemukan di banyak makanan seperti pada saos, susu, jeli atau agar- agar, sirup, makanan ringan atau snack, permen, es krim, minuman yoghurt, minuman ringan berfermentasi. Pemanis buatan tentunya hanya memberikan efek rasa manis pada makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi sama sekali untuk dikonsumsi.
•Sakarin
Bahan ini biasa digunakan pada jenis minuman ringan, selai, permen, dan jajanan pasar lainnya. Berdasarkan penelitian dari National Academy of Science tahun 1968, konsumsi zat sakarin pada orang dewasa sebanyak 1 gram atau lebih rendah dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, yang tak terkecuali adalah penyakit kanker.
•Siklamat
Siklamat adalah salah satu bahan pemanis buatan yang hanya meninggalkan ras amanis, yang berbeda dengan sakarin yang setelah menimbulkan rasa manis meninggalkan rasa pahit. Pemanis ini biasanya digunakan sebagai pemanis makanan kaleng, makanan dan minuman berkalori rendah. Konsumsi pada zat ini dapat merangsang pertumbuhan penyakit tumor.
•Aspartam
Aspartam biasa digunakan pada susu berkalori rendah. Tingkat bahaya pada zat ini tidak sebesar pada 2 zat sebelumnya yang telah dipaparkan penjelasan di atas. Namun, penggunaan pada zat ini masih harus dibatasi, karena masih menimbulkan perdebatan bahwa zat ini dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi konsumen.
Pengawet Buatan
Menurut penelitian Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan, banyak produk makanan yang menggunakan pengawet buatan seperti berbagai macam mie basah, ikan asin, tahu baik di pasar tradisional maupun di pasar swalayan.
•Asam Salisilat
Zat ini biasanya ditemukan pada buah dan sayur yang berfungsi untuk memperpanjang masa pengawetan. Asam salisilat tidak akan pudar sekalipun sayur atau buah telah dicuci, karena telah meresap ke dalam jaringan-jaringan makanan tersebut. Asam salisilat sebenarnya hanya baik digunakan sebagai obat lotion (tubuh bagian luar). Konsumsi pada asam salisilat dapat menimbulkan gangguan lambung, pusing, berkeringat, mual, dan muntah. Efek dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan kekurangan zat besi, kemerahan dan gatal-gatal pada kulit. Konsumsi dalam jumlah besar mengakibatkan pendarahan pada lambung.
•Formalin
Penggunaan formaln sebenarnya bukan untuk makanan, tetapi untuk bahan antiseptik, germisida, dan pengawet non-makanan. Fungsi sebenarnya daripada formalin adalah sebagai antibakteri pembunuh kuman, pembersih lantai, kapal, gudang, pakaian, pembasmi serangga, pengeras lapisan gelatin dan kertas, pembuatan pupuk urea, produk parfum, pengawet produk kosmetik, pengeras buku, bahan insulasi buku, pencegah korosi untuk sumur minyak, bahan perekat produk kayu lapis, pengawet pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, pewarna sepatu, shampoo mobil, lilin, karpet, menghilangkan bakteri pada sisik ikan, pengobatan penyakit ikan, dan pengawetan mayat.

Formalin biasa digunakan para pedagang agar mengawetkan makananannya dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga jika dagangannya tidak habis hari ini, dapat digunakan lagi untuk hari berikutnya. Makanan yang biasa dipakaikan formalin antara lain : mie basah, bakso, tahu, ikan asin, dan sebagainya. Kandungan formalin yang tinggi pada tubuh dapat menekan fungsi sel dalam tubuh dan menyebabkan kematian sel yang berujung pada kerusakan organ tubuh. Konsumsi formalin juga dapat mengakibatkan kanker saluran pencernaan, peningkatan resiko kanker tenggorokan, sinus, dan hidung.
•Boraks
Selain sebagai pengawet makanan yang berbahaya, borak juga dapat digunakan untuk pengenyal makanan. Makanan yang biasanya ditambahkan boraks adalah : bakso, lontong, mie, kerupuk, dan berbagai makanan tradisional. Konsumsi boraks yang berulang kali dapat mengakibatkan keracunan yang ditandai dengan mual, muntah, diare, menurunnya suhu tubuh, lemah, sakit kepala, dan dapat menimbulkan shock serta kematian untuk konsumsi boraks dalam dosis tinggi.
•Pottasium Klorat
Bahan ini kerap kali digunakan para pedagang untuk mengawetkan barang dagangannya. Konsumsi bahan
ini secara terus-menerus dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, gangguan fungsi ginjal, hemolisis sel darah merah dan methemoglobinema untuk konsumsi pada dosis tinggi.
 •Kloramfenikol
Bahan ini biasa digunakan sebagai pengawet susu, padahal fungsi sebenarnya ialah sebagai antibiotik. Pada bayi prematur konsumsi pada bahan ini dapat mengakibatkan kematian.
 •Diethylpylocarbonate
Biasa ditemukan pada minuman non-karbonasi, minuman sari buah, minuman hasil fermentasi. Hanya dengan menghirup aroma dari zat ini dapat menyebabkan iritasi mata dan hidung, serta pusing-pusing.

•Pottasium Bromat
Konsumsi zat ini menyebabkan hambatan pada pertumbuhan, lemah, kejang- kejang yang berakhir pada kematian. Jika dikonsumsi dalam jumlah banyak mengakibatkan muntah-muntah, diare, methemoglobinemia, dan reinjury.
 •Air Terusi
Difungsikan dengan tidak baik oleh produsen sebagai salah satu bahan pengawet makanan. Dapat ditemukan juga pada bakso yang bercirikan ada kilauan warna biru.

Pewarna Buatan
Untuk menarik perhatian konsumen, tentunya para pedagang harus membuat makanan yang dikemas dalam bentuk dan warna yang menarik sehingga pedagang dapat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sedikit mungkin. Hampir seluruh makanan olahan telah diberi pewarna sintesis mulai dari jajanan anak-anak, tahu, kerupuk, terasi, cemilan, bahkan buah-buah dingin, terutama buah mangga.
•Rhodamin B
Fungsi sebenarnya pada Rhodamin B adalah sebagai pewarna tekstil dan kertas. Namun, dengan tujuan meraih keuntungan yang banyak tanpa memikirkan efek dari kandungan Rhodamin B, produsen tetap saja menggunakan bahan ini. Dengan menghirupnya saja dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan. Jika terkena kulit dan mata dapat menimbulkan iritasi. Konsumsi pada zat ini menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan, air kemih menjadi berwarna merah muda.
•Methanyl Yellow
Umumnya digunakan sebagai pewarna pada tekstil dan cat, serta sebagai indikator reaksi netralisasi asam-basa. Zat ini larut dalam air, berupa serbuk kuning kecokelatan. Konsumsi bahan ini menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan seperti hati, kandung kemih, saluran pencernaan, dan jaringan kulit.
Penyedap Rasa Buatan
Penyedap rasa tentunya sudah tidak asing di kalangan masyarakat. Penyedap rasa atau aroma digunakan untuk menambah dan memperbaiki cita rasa dan aroma pada makanan, sehingga lebih menarik perhatian bagi yang ingin memakannya. Penyedap rasa buatan tentunya juga tidak sedikit yang bertebaran pada jajanan makanan yang tidak mempunyai fungsi sama sekali untuk kesehatan tubuh. Berbeda dengan penyedap rasa alami, penyedap rasa sintesis sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Berikut adalah zat- zat penyedap rasa sintesis tersebut :
 
•Monosium Glutamat
Zat ini dapat memperkuat rasa makanan, Glutamat dapat dijumpai pada makanan seperti tomat, keju, kaldu daging sapi dan ikan. Biasa bahan ini lebih dikenal dengan nama micin, vetsin. Bagi yang mengkonsumsinya secara terus-menerus mengakibatkan gangguan pada janin bagi yang sedang mengandung, hati, hipertensi, stres, demam tinggi, memicu reaksi gatal-gatal, bintik-bintik merah pada kulit, keluhan mual, muntah-muntah, sakit kepala, migren, asma, bahkan depresi.

•L-asam Glutamat
Bahan ini sangat tidak dianjurkan untuk anak-anak dan dapat menimbulkan Chinese Restaurant Syndrom (CRS).

•Pottasium Hidrogen L-Glutamat
Penyedap ini dapat mengakibatkan mual, kejang perut. Zat ini terutama sangat berbahaya bagi penderita ginjal dan tidak boleh diberikan pada bayi yang masih berusia 12 minggu.

•Kalsium Glutamat
Dampaknya bagi kesehatan belum diketahui secara pasti. Namun konsumsi bahan ini pada bayi yang berusia kurang dari 12 minggu masih dilarang.

•Sodium Glutamat
Efeknya belum diketahui secara pasti, tetapi penggunaannya tidak diperbolehkan untuk anak-anak dan bayi.

Bahan Tambahan Lainnya
•Antikempal
Bahan buatan ini digunakan untuk pencegahan mengempalnya makanan. Konsumsi antikempal dalam dosis normal masih aman, tetapi jika digunakan secara berlebihan dapat merusak syaraf. Bahan ini sangat berbahay terutama bagi penderita sakit tulang dan perusakan ginjal.

•Antioksidan
Zat ini berguna untuk memperlambat oksidasi di dalam bahan seperti lemak hewani, minyak nabati, produk makanan dalam kadar lemak yang tinggi dan rendah, ikan. Dalam beberapa percobaan, antioksidan yang berbahaya dapat memicu terjadinya penyakit kanker dan batu ginjal.




0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.